GERAKAN SAPULIDI: Dari Singkong hingga Sampah, Banjarbaru kita mulai dari sini

GERAKAN SAPULIDI: Dari Singkong hingga Sampah, Banjarbaru kita mulai dari sini

Suasana malam di Kompleks Guntung Manggis Living Style, RT24, RW03, terasa berbeda. Sekitar pukul 21.30 WITA, deru mesin armada angkutan sampah terdengar memasuki kawasan permukiman. Bagi sebagian orang, kehadiran armada roda tiga pengangkut sampah hanyalah rutinitas biasa. Namun, bagi warga kompleks ini, armada itu adalah simbol energi baru: wujud nyata keseriusan mereka menjaga lingkungan sekaligus bentuk tanggung jawab atas penggunaan anggaran daerah.

“Alhamdulillah, akhirnya datang juga,” ucap beberapa warga dengan senyum lega. Malam itu, rasa syukur berbaur dengan semangat baru.

Kesadaran yang Disepakati

Guntung Manggis Living Style bukanlah kawasan yang besar. Namun, kesadaran warganya menunjukkan bahwa ukuran wilayah bukan alasan untuk abai. Sampah rumah tangga bisa menjadi persoalan serius bila tidak dikelola dengan baik. Itulah sebabnya, dalam rembuk mufakat, warga sepakat: puncak pencapaian bermasyarakat adalah kesadaran kolektif.

Di situlah lahir SAPULIDI—sebuah gerakan yang tidak hanya melambangkan keguyuban, tetapi juga tekad bersama untuk mengelola sampah secara bijak, bernilai ekonomis, dan berkelanjutan.

“Kita akan memulai dengan sikap bertanggung jawab. Jangan pernah takut memulai kebaikan, karena kebaikan untuk bersama bisa dimulai dengan cara sederhana, yaitu dengan mengedukasi warga,” kata Rudy Azhary, Ketua Kompleks Guntung Manggis Living Style. Ia menjelaskan, SAPULIDI adalah singkatan dari Sampah Dipungut, Limbah Diolah.

Singkong untuk Lingkungan

Gerakan SAPULIDI tentu tidak hadir tanpa pengorbanan. Waktu, tenaga, bahkan materi menjadi bagian dari perjuangan. Rudy dan warga sadar betul, semangat saja tidak cukup; perlu langkah konkret untuk menjaga keberlanjutan.

“Atas persetujuan warga, mari kita mulai perjuangan ini. Kalau kas kompleks tidak mencukupi, kita jual singkong kristal yang ditanam di fasum. Itu cara sederhana untuk berhemat dan menutup kebutuhan anggaran,” ujarnya.

Kalimat itu bukan sekadar seloroh. Di kompleks ini, singkong benar-benar ditanam di lahan fasilitas umum. Bagi warga, singkong bukan hanya sumber pangan, tetapi juga simbol kebersamaan, solidaritas, dan kreativitas dalam mencari solusi.

Menuju Kompleks Percontohan

Dengan dukungan penuh warganya, Rudy yakin Guntung Manggis Living Style bisa menjadi kompleks percontohan. Bukan hanya dalam edukasi pengelolaan sampah melalui Bank Sampah SAPULIDI, tetapi juga dalam bidang lain: edukasi kebencanaan, penyuluhan bahaya narkoba, hingga program sosial yang menumbuhkan kesadaran bersama.

“Mari kita mulai. Kalau dana kurang, kita jual singkong kita,” tegas Rudy, kali ini dengan nada yang lebih membakar semangat warga.

Apresiasi untuk Pemerintah

Warga juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Kota Banjarbaru, khususnya Wali Kota, Kepala Dinas Lingkungan Hidup, serta instansi terkait. Dukungan yang diberikan menjadi motivasi besar agar gerakan ini tidak hanya berhenti sebagai wacana, tetapi terus berkembang hingga memberi manfaat luas bagi masyarakat.

Bagi warga Guntung Manggis, SAPULIDI bukan hanya soal sampah. Ia adalah cerita tentang kebersamaan, tentang bagaimana sebuah kompleks kecil bisa menyalakan api semangat besar: menjaga lingkungan, membangun kesadaran, dan menularkan optimisme. “Gerakan SAPULIDI (Sampah Dipungut, Limbah Diolah) kita mulai dari sini, dari kompleks kita yang kecil ini,”.

Berita pilihan lainnya >>>>